POSITION PAPER
PENDAHULUAN
Mempelajari filsafat bagaikan menyelam
di palung samudera yang sangat dalam. Semakin dalam menyelam, semakin tahu isi
dalam palung tersebut. Begitu juga dengan mempelajari filsafat. Semakin jauh
berfikir maka semakin banyak pula yang kita tahu dari hal yang kita pikirkan. Sebenarnya
apa itu filsafat? Menurut bahasa Yunani filsafat berarti “cinta akan
kebijaksanaan”. Dimana manusia harus bisa berbuat bijaksana dalam menghadapi
hidupnya.
Dalam tulisan ini akan dipelajari
mengenai apa itu filsafat, siapakah filsuf itu, segala sesuatu yang berhubungan
dengan filsafat, sejarah perkembangan filsafat di dunia, dan filsafat manusia
beserta contohnya. Dalam mempelajari filsafat ada tuntutan untuk berfikir
seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya tanpa ada pengaruh atau tekanan dari segala
hal yang dapat membatasi seberapa jauh kemampuan berfikir. Sehingga sangat
bermanfaat apabila kita mampu mengambil sisi positifnya. Sedangkan sisi
negatifnya sebagai bahan pembelajaran untuk memperbaiki diri, sehingga akan
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya
ISI
Dalam buku “Filsafat Untuk Pemula” karya Richard Osborne dituliskan
beberapa pendapat para ilmuwan tentang pengertian filsafat. Tetapi saya belum
begitu memahami secara pasti pengertian filsafat itu sendiri. Sedangkan dalam
perkuliahan disebutkan bahwa filsafat itu seni berfikir. Dalam mempelajari
filsafat sering dijumpai istilah filsuf. Yang menjadi pertanyaan saya, kapan
dan apa yang menyebabkan seseorang bisa dikatakan sebagai filsuf?
Beberapa filsuf berpendapat bahwa mengamati sejarah umum filsafat
merupakan upaya yang mustahil, bahkan sangat mungkin menimbulkan kerancuan
Mengapa demikian? Lalu siapa yang mampu mengamati sejarah umum filsafat itu?
Mempelajari filsafat memang rumit, bahkan bisa menimbulkan kerancuan. Tetapi
bukan tidak mungkin untuk mempelajari filsafat secara mendalam. Selama kita
bisa mengendalikan cara berfikir kita ke arah yang benar dan berhenti pada
suatu kebenaran tentu akan mendapatkan hasil yang berguna bagi banyak orang.
Di Yunani, filsafat berarti “cinta akan kebijaksanaan”. Dengan demikian
bisa dikatakan bahwa filsuf adalah orang yang mencintai kebijaksanaan. Dan
tidak menutup kemungkinan seorang filsuf selalu berbuat bijaksana. Menurut
Bertrand Russell, filsafat adalah tanah tak bertuan antara sains dan teologi,
yang terbuka terhadap serangan dari kedua pihak. Saya setuju dengan kalimat
tersebut. Karena menurut saya, filsafat itu berfikir tentang suatu hal yang
belum tentu benar atau salah sehingga menimbulkan pro dan kontra antara sains
dan teologi. Bisa dikatakan filsafat adalah pihak netral, tidak berada di pihak
sains maupun teologi.
Seorang filsuf mengatakan bahwa lebih baik melakukan sesuatu yang buruk
daripada tidak berbuat apapun. Pernyataan tersebut tentu menimbulkan pro dan
kontra, sehingga munculah beberapa pertanyaan. Apakah dengan melakukan hal
buruk dapat berdampak baik terhadap pelakunya bahkan orang lain? Menurut saya,
seseorang yang berbuat bijaksana saja belum tentu akan berdampak baik dirinya
sendiri ataupun orang lain, apalagi orang tersebut berbuat keburukan. Tetapi
tidak berbuat apapun justru akan berakibat lebih buruk, karena seseorang tidak
akan mendapatkan apa-apa jika hanya diam atau pasif. Seadangkan orang yang
telah berbuat buruk akan mendapatkan pelajaran berharga dari perbuatannya itu,
sehingga bisa memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.
Marx dan tokoh-tokoh lainnya telah mengatakan kematian filsafat. Apa
maksud pernyataan tersebut? Apakah filsafat lenyap dari dunia ini? Itu berarti
tidak ada lagi filsuf di dunia ini. Saya rasa tidak, filsafat tidak akan pernah
mati selama masih ada manusia yang sekaligus filsuf di dunia ini. Seperti yang dikatakan Gramsci dari Italia
bahwa setiap orang dalam arti tertentu adalah seorang filsuf. Sebelumnya Plato
pernah mengatakan bahwa segalanya akan beres bila para filsuf memerintah dunia.
Jadi setiap orang yang bijaksana dan mampu berfikir dalam konteks tertentu dapat
memerintah dunia dengan baik, meskipun orang tersebut bodoh atau kurang
berpendidikan.
Dalam buku “Filsafat Untuk
Pemula” karya Richard Osborne juga dituliskan filsafat itu berfikir tentang
berfikir. Menurut saya, kalimat tersebut berarti proses memikirkan apa yang
kita atau orang lain pikirkan yang meliputi apa yang dipikirkan, bagaimana cara
atau pola pikirnya, dan apa hasil dari pemikiran tersebut. Sehingga banyak hal
yang diperoleh dari berpikir tersebut.
Setelah membahas tentang
pengertian filsafat dan pendapat para filsuf mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan filsafat, kita akan mempelajari mengenai sejarah filsafat itu sendiri.
Sejarah filsafat selalu berhubungan dengan kapan dan siapa yang memulai
filsafat? Siapa filsuf-filsuf yang mempunyai peran penting saat itu?
Dalam
buku “Filsafat untuk Pemula“ karya Richard Osborne ditulis bahwa sejarah dunia
mencatat sejarah filsafat dimulai sejak abad ke-5 SM. Tetapi tidak ada
kejelasan mengenai siapa yang memulai filsafat tersebut. Saat itu Yunani berkembang
menjadi kota pusat perdagangan. Di tempat itu pula muncul filsuf-filsuf yang
banyak berperan dalam sejarah perkembangan filsafat antara lain : Thales,
Sokrates, Plato, Aristoteles, dan masih banyak lagi filsuf-filsuf lainnya.
Buku
tersebut juga menyatakan bahwa Thales adalah orang pertama yang disebut
“bijaksana”. Dengan demikian Thales
dapat dikatakan sebagai filsuf pertama di dunia. Apakah Thales yang
menjadi pencetus filsafat sesungguhnya? Tetapi mengapa harus Thales? Bukankah
filsuf adalah orang yang bijaksana dan juga orang yang berfikir. Mengapa bukan
orang-orang sebelum Thales yang disebut sebagai filsuf pertama? Berarti
pernyataan tersebut salah, karena secara tidak langsung telah mengatakan bahwa
orang-orang sebelum Thales tidak bijaksana seperti Thales. Padahal saat itu
orang-orang Yunani termasuk Thales salah satunya telah berusaha memisahkan
antara ilmu dan magi, mereka juga berani berpikir mengenai dunia tanpa terlebih
mengenai dewa. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang Yunani sudah mampu
berfikir rasional dan bijaksana. Selain itu Thales pernah berpikiran bahwa pada
awalnya semua berasal dari air. Kalimat tersebut mengandung arti semua yang ada
di dunia termasuk manusia terbuat dari air, bukan ada karena dewa. Hal ini membuktikan bahwa Thales telah
berusaha berfikir dengan memisahkan antara ilmu dan magi.
Filsuf berikutnya adalah Sokrates. Hari-harinya
dihabiskan di pasar untuk berdebat. Menurutnya filsafat bukanlah
profesi, sebagaimana para sophis, tetapi suatu cara hidup. Menurut saya, ada
benarnya apa yang dikatakan Sokrates. Karena filsafat berhubungan dengan
bagaimana kita berfikir, memikirkan apa saja yang ingin kita pikirkan tanpa ada
batasan-batasan khusus. Dan yang
menentukan seberapa jauh kita berfikir adalah kita sendiri. Sehingga dengan
berfikir dan berperilaku bijaksana, kita telah melakukan cara hidup yang diatur
oleh diri kita sendiri. Selain itu ia juga berpendapat bahwa yang membuat
manusia berdosa adalah kurangnya pengetahuan. Jadi sebenarnya dosa dan
kejahatan berawal dari manusia itu sendiri. Seandainya orang tersebut tahu,
tentu saja ia tidak akan berbuat kejahatan maupun dosa. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpukan bahwa pengetahuan adalah kunci utamanya. Semakin
tinggi pengetahuan seseorang, maka semakin rendah kejahatan dan dosa yang
dilakukan.
Filsuf yang tak kalah hebatnya
dengan Sokrates yaitu Plato. Ia mendirikan Akademi yang mempelajari mengenai
aritmatika, geometri, astronomi, dan harmoni suara. Dari hal tersebut bisa
dilihat bahwa saat itu masyarakat Yunani lebih memikirkan mengenai ilmu dunia
dan seni. Plato juga menafsirkan semboyan yang berbunyi “kenalilah dirimu
sendiri“. Artinya, manusia harus berfikir mengenai kekurangan dan kelebihan
yang ada pada dirinya sehingga bisa berbuat bijaksana dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang dimilikinya. Dengan demikian, persoalan-persoalan hidup
akan lebih mudah dipecahkan.
Selain beberapa filsuf besar
Yunani yang telah disebutkan di atas, Aristoteles hadir menjadi filsuf besar
Yunani terakhir saat itu dan memberikan pengaruh yang sangat besar. Ia belajar
selama 20 tahun di Akademi yang didirikan oleh Plato, dan menjadi bintang
sekolah. Aristoteles mengatakan bahwa dasar dari semua argumen adalah
silogisme. Dalam hal silogisme, logika sangat berperan penting. Jadi segala
sesuatu yang ada atau telah terjadi pasti mempunyai sebab dan akibat sehingga
membutuhkan silogisme. Silogisme-silogisme yang memungkinkan akan membantu
menemukan sebab atau akibat dari sesuatu. Metode ini membuat para ahli
matematika saat itu mengembangkan studi tentang logika. Dan dalam studi bahasa
dikembangkan untuk argumen yang didasarkan pada konsistensi logis.
Selain
mambahas tentang sejarah filsafat, akan dibahas pula mengenai filsafat manusia.
Pada materi ini saya memberi contoh yaitu kloning manusia. Kloning merupakan
penemuan baru yang sangat canggih dan luar biasa berupa rekayasa genetika. Namun hal ini menimbulkan pro dan kontra
di kalangan masyarakat. Pada dasarnya kloning adalah cara menciptakan makhluk
hidup baru tanpa menggunakan sperma jantan dan telur betina seperti yang
biasanya terjadi secara alamiah. Menurut saya kloning sah-sah saja dilakukan
asalkan dengan niat dan tujuan yang baik, seperti : kloning terapeutik yaitu
menghentikan proses pada tahap embrio untuk diambil sel tunas untuk mengganti
jaringan organ tubuh orang lain yang sakit. Akan tetapi hal tersebut juga
mendapat peringatan keras karena sama saja membunuh manusia untuk mendapat
organ tubuhnya. Akankah hal ini pantas dilakukan? Hasil positif
lain dari kloning manusia adalah mampu membantu mendapatkan keturunan
bagi pasangan yang tidak bisa menghasilkan keturunan secara alamiah. Tetapi hal
ini lagi-lagi mendapat kecaman dari pihak Islam, karena keturunan atau hasil
dari kloning manusia diperoleh dengan tidak alamiah dan menyalahi kodrat. Kloning manusia juga
meninggalkan dampak buruk yang dapat merendahkan martabat manusia, dan kurang aman untuk kesehatan manusia karena berpotensi
mengakibatkan abnormalitas seperti hasil eksperimen yang dilakukan pada hewan.
KESIMPULAN
Filsafat
menurut bahasa di Yunani dapat diartikan sebagai “cinta akan kebijaksanaan“.
Salah satu filsuf bernama Bertrand Russell, filsafat adalah tanah tak bertuan
antara sains dan teologi, yang terbuka terhadap serangan dari kedua pihak. Jika
dilihat dari kehidupan sehari-hari, filsafat sangat erat hubungannya dengan
berfikir. Sehingga banyak orang-orang yang bisa disebut sebagai filsuf, yaitu
orang-orang yang senantiasa berfikir dan mencintai kebijaksanaan. Tetapi masih
banyak pula orang-orang yang menganggap bahwa mempelajari filsafat itu tidak
penting dan tidak ada manfaatnya karena adanya pro dan kontra dapat menimbulkan
perselisihan antara banyak pihak.
Dari
masa ke masa, pemikiran-pemikiran filsafat berkembang mengikuti perkembangan
global. Perkembangan tersebut telah memunculkan banyak penemuan,
misalnya tentang filsafat pendidikan dan filsafat manusia. Filsafat pendidikan sangat berperan di bidang
metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Dalam bidang filsafat manusia
diambil satu contoh yaitu masalah kloning manusia. Dari hal tersebut banyak
kalangan menganggap bahwa filsafat sangat penting dan bermanfaat sehingga masih
perlu pengembangan sehingga masih banyak dibutuhkan peranan filsuf-filsuf baru
untuk menyempurnakan perkembangan filsafat selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Aiter & Billy. Filsafat Manusia.
Dari gettech.tripod.com/ARSIP/filsafat.htm
-
Anwar, M.H. (2008). Relasi
pemikiran filsafat dan Pendidikan, Handout matakuliah filsafat penjas dan
olahraga.
(ditulis oleh : Nasaruddin
Umar, pada hari : Senin, tanggal : 03 Desember 2007, diakses : Selasa, 21 April
2009 pukul 20.00 WIB)
-
Osborne, Richard. (2001). Filsafat
untuk Pemula.
-
Suhartono, Suparlan. (2007). Nilai
Filsafat bagi Ilmu Pengetahuan. Dalam Dasar-dasar Filsafat. Hal: 117-124
0 comments:
Post a Comment