Home »
» Identifikasi Cedera Pada Pemain Futsal
Identifikasi Cedera Pada Pemain Futsal
Posted by Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Posted on 20:33
with No comments
IDENTIFIKASI CEDERA PADA PEMAIN FUTSAL
Baca Juga Identifikasi Pada Pemain Futsal
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah dengan judul “Identifikasi Cedera Pada Pemain Futsal D’Class” dimaksudkan untuk mengetahui tingkat cedera pada pemain futsal D’Class.
Makalah ini dapat terwujud dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, teristimewa pembimbing. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Bapak Suhadi, M.Pd., Ketua Program Studi PJKR FIK UNY.
3. Bapak Ali Satia Graha Dosen Mata Kuliah PPC.
4. Bapak Heri Purwanto. M.Pd., Penasihat Akademik.
5. Para mahasiswa PJKR D 08.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuh hati, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik yang membangun akan diterima dengan senang hati untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Yogyakarta, 27 November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii-iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1-2
B. Identifikasi Masalah 2
C. Pembatasan Masalah 3
D. Perumusan Masalah 3-4
E. Tujuan Penelitian 4
F. Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 5
A. Deskripsi Teori dan Penelitian Yang Relevan 5-12
B. Kerangka Berpikir 13
BAB III PEMBAHASAN 14
A. Pencegahan Cedera 14-17
B. Penanganan Cedera 17-18
C. Penyebab Cedera 19-21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 22
A. Kesimpulan 22
B. Implikasi 22
C. Keterbatasan 23
D. Saran-Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Asal mula futsal muncul pada tahun 1930 di Montevideo, Uruguay dan diperkenalkan oleh seorang pelatih sepak bola bernama Juan Carlos Ceriani. Awalnya, Ceriani hanya ingin memindahkan latihan ke dalam ruanan karena kecewa dengan kondisi lapangan yang licin setelah diguyur hujan. Ternyata, latihan di dalam ruangan sangat efektif. Dia lantar mencetuskan permainan sepak bola dalam ruangan denga lima lawan lima pemain. Hal ini ternyata mendapat sambutan positif bahkan digandrungi di hampir seluruh negeri di Amerika Selatan.
Futsal ternyata sangat efektif menumbuhkembangkan kemampuan pemain pemula dalam mengasah ketrampilan bermain bola di lapangan rumput. Dengan asumsi untuk meningkatkan keterampilan bermain sepak bola, futsal berkembang pesat di Brasil dan terus menyebar ke seluruh dunia. Bahkan menembus ke Eropa, Amerika Serikat, Afrika, Asia, dan Oseania.
Pada tahun 1965, kompetisi Internasional futsal digelar untuk kali pertama. Kejutan pun terjadi dengan sukses Paraguay menjadi juara Piala Amerika Selatan. Pada tahun berikutnya sampai 1979, Brasil mendominasi dan merengkuh enam trofi juara berturut-turut. Negara raksasa sepak bola dunia itu juga memenangi Piala Pan amerika Auntuk kali pertama pada tahun 1980 dan 1984.
Kejuaraan dunia futsal pertama diprakarsai oleh Federasi Futsal AS (FIFUSA) pada tahun 1982 di Sao Paolo, Brasil. Tuan rumah Brasi tampai sebagai juara. Event yang digelar tiga tahunan itu kemudian digelar untuk kali pertama di Eropa, yakni Spanyol pada tahun 1985. Brasil kembali menjadi juara tetapi dikandaskan Paraguay pada event berikutnya di Australia tahun 1988.
Olahraga futsal kini menjadi olaharaga yang kepopuleranya hampir sama dengan sepakbola. Karena Futsal dijadikan sebagai olahraga pengisi waktu senggang ketika akhir pekan. Banyak kalangan yang awalnya hanya sekedar hoby, namun hinggah akhirnya menarik untuk ditekuni secara serius.
Minat masyarakat Indonesia terhadap olahraga Futsal inipun semakin menaingkat pesat. Namum banyak dari beberapa kalangan yang masih kurang paham tentang peraturan Futsal karena dalam peraturan olahraga sepakbola ruangan ini berbeda dengan peraturan sepakbola. Ada beberapa hal yang menjadi perbedaan dari kedua olahraga tersebut.
Dalam olahraga futsal ini kematangan skill maupun fisik menjadi kuncinya. Meski lapangan yang digunakan relatif kecil namun pemain di haruskan terus bergerak berlari untuk bisa menciptakn gol maupun mempertahankan gawangnya agar tidak kemasukan. Gerakan yang dimilikipun harus lincah karena setiap detik kita bergerak sudah ada lawan yang akan menghadang.
Pencegahan dan perawatan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka dapat didefenisikan beberapa masalah sebagai berikut :
Apakah dengan mengetahui cara pencegahan dan perawatan cedera dapat meminimalisir terjadinya cedera pada pemain futsal?Bagaimana langkah lain untuk mencegah terjadinya cedera?Mengapa cedera masih sering terjadi pada pemain futsal?
C. Pembatasan Masalah
Melihat dari identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada cedera olahraga yang terjadi pada pemain futsal.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimanakah tingkat cedera yang terjadi pada pemain futsal D’Class?
2. Bagaimanakah tingkat perawatan apabila cedera itu terjadi?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui tingkat cedera yang terjadi pada pemain futsal D’Class.
2. Untuk mengetahui tingkat perawatan apabila cedera itu terjadi.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini :
Bagi para mahasiswa dapat menjadi sebuah motivasi setelah mendapat informasi dan data agar terus berusaha meningkatkan keselamatan untuk menghindari cedera.
Bagi para guru, pelatih dan pembina olahraga serta masyarakat luas yang gemar olahraga agar lebih memahami betapa pentingnya keselamatan dalam melakukan olahraga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan
1. Hakekat Futsal
Menurut Kamus Pintar Futsal (2005: 22), futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing bernggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diijinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis..
Menurut Roeslan Hatta (2003: 9) olahraga futsal merupakan olahraga futsal mini yang dilakukan dalam ruangan dengan panjang lapangan 38-42 meter dan lebar 15-25 meter. Dimainkan oleh 5 pemain termasuk penjaga gawang. Futsal adalah permainan hamper sama dengan sepakbola, dimana dua tim memainkan dan memperrebutkan bola diantara para pemain dengan tujuan dapat memasukkan bola kegawang lawan dan mermpertahankan gawang dari kemasukan bola.
Menurut Justin Lhaksana (2004: 19) sebelum berkembang menjadi cabang olahraga yang kedudukannya sejajar dengan sepakbola rumput, futsal ditekuni sebagai sarana pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir.
Olahraga futsal yang sekarang sedang digemari ternyata memiliki manfaat yang cukup bagus. Diantara manfaat tersebut sangat berguna sekali untuk mengembangkan skill sepak bola.
Hadirnya persewaan lapangan futsal bisa menjawab kebutuhan orang berolahraga. Bahkan, untuk urusan hobi yang satu ini, orang rela membayar mahal-mahal dan bahkan rela antre di lapangan futsal.
Dalam dua tahun terakhir, lapangan futsal pun telah menjadi bisnis yang menggiurkan. Satu persatu lapangan futsal bermunculan seiring semakin banyaknya peminat olahraga ini. Di Yogyakarta sendiri, ada beberapa lapangan futsal bermunculan.
Wajar jika perkembangan bisnis ini begitu pesat dan futsal semakin digemari. Sebab pergerakan dalam futsal sangat bagus. Dalam waktu 10 hingga 15 menit saja, pemain akan bermandikan keringat. Belum lagi fasilitas sangat mudah didapatkan. Ini memang permainan menyenangkan dan tidak ada kontak fisik seperti sepak bola. Makanya orang sampai main dari pagi hingga tengah malam
2. Hakekat Cedera
Cedera olahraga merupakan segala macam cedera yang timbul pada saat latihan, pertandingan, dan sesudah pertandingan (Hardianto Wibowo 1995:11). Cedera adalah rusaknya jaringan (lunak/keras) disebabkan adanya kesalahan teknis, benturan dan aktivitas fisik yang memiliki beban latihan yang dapat menimbulkan rasa sakit sehingga otot dan tulang tidak lagi dalam keadaan anatomis (G.La.Cava 1995:145).
Cedera sering dialami oleh seorang atlet, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri.
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.
3. Macam-macam Cedera Olahraga
Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia.
a.Memar
Cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63).
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
b.Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum,yaitu
1)Sprain
Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan,yaitu:
a) Sprain Tingkat I
b) Sprain Tingkat II
c) Sprain Tingkat III
2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
b) Strain Tingkat II
c) Strain Tingkat III
Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis, balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang cedera.
c. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor dan sendi mudah dislokasi. Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
d. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2) Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya kram:
1) Otot terlalu lelah
2) Kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
3) Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga kejang otot.
f. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit.
g. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari :
1. Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara.
2 Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat.
3 Karena jatuh dan benturan.
h. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
B. Kerangka Berpikir
Kita ketahui bahwa tubuh tersusun atas berbagai alat (organ) tubuh yang saling berhubungan satu sama lain. Manusia senantiasa beraktifitas sehingga kondisi tubuh (jasmani) harus dijaga agar tetap segar. Olahraga akan melatih alat-alat tubuh untuk tetap berada dalam kondisi yang baik. Sedangkan dalam pencegahan dan perawatan cedera kita harus mengetahui lebih dalam tentang cedera sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional
Pelatihan pencegahan dan perawatan cedera di perguruan tinggi sangatlah penting agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pencegahan Cedera
Menurut Andun Sudijanoko (2000:21) mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan
1.Pencegahan lewat keterampilan
Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedera yang timbul.
a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap
b) Kulit dan otot terasa mengembang
c) Kehilangan selera makan
d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
f) Penurunan berat badan
g) Melambatnya pemulihan
h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan
2. Pencegahan lewat Fitness
Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa lelah.
3. Pencegahan lewat makanan
Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.
Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya..
4. Pencegahan lewat lingkungan
Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya memperhatikan peralatan secara benar agar tidak membahayakan.
5. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu.
6.Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.
7. Pencegahan lewat pakaian
Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos, celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi penampilan atlit.
8. Pencegahan lewat pertolongan
Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat pula.
9. Implikasi terhadap pelatih
Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlet merupakan faktor yang lebih penting.
B.Penanganan Cedera
Cedera tak selamanya akrab dengan seorang atlet olahraga. Karena selama ini, kata “cedera” biasanya kita dengar berasal dari arena olahraga. Karena semua orang, dengan profesi apapun bisa terkena cidera ini, bahkan seorang Ibu Rumah Tangga pun bisa terkena cidera.
Dan untuk lebih jelasnya, cara tepat untuk menangani cedera ini dengan menggunakan metode RICE, berikut sedikit penjelasannya :
Yang pertama harus dipahami, bahwa penanganan dengan metode RICE ini, sangat dianjurkan untuk kasus cidera yang baru (kurang dari 3×24 jam), atau biasa diistilahkan Cedera Akut.
Bila tanda atau ciri ciri diatas terdapat pada cidera yang anda alami maka sebaiknya anda tangani dengan metode RICE.
1. Rest
Biasa juga diartikan dengan Istrahat. Yang dimaksudkan dengan istrahat ini, bahwa bagian tubuh yang cidera tersebut diistrahatkan dari aktivitas.
Disini sering terdapat kekeliruan oleh masyarakat kita. Kekeliruan yang biasa sering dijumpai, bahwa cidera yang dialami biasanya akan dibawa langsung ke tukang pijat. Inilah kekeliruan dasar yang terkadang dilakukan oleh beberapa dari kita.
Setelah anda Istrahatkan, lanjutkan penanganan ke metode berikutnya,
2. Ice
Ice yang dimaksud kali ini, yakni pemberian es di daerah yang cidera. Tujuan dari pemberian es ini yaitu agar pembuluh darah yang tadinya melebar (vasodilatasi), menjadi menyempit (vasokonstriksi), sehingga dengan adanya penyempitan (vasokonstriksi) pembuluh darah, maka akan disertai dengan menurunnya aktualitas bengkak dan nyeri pada daerah yang cidera.
3. Compress
Compress atau penekanan biasa diartikan dengan memberikan elastis perban didaerah yang cidera. Pemberian penekanan dengan menggunakan elastis perban ini dimaksudkan untuk memberi penekanan pada daerah yang bengkak, sehingga cidera yang bengkak tadi, menjadi berkurang bengkaknya.
4. Elevate
Metode yang terakhir ini, berarti meninggikan daerah tubuh yang cidera tersebut. Tujuan dari meninggikan daerah yang cidera tersebut yaitu, untuk membuat sirkulasi darah didaerah cidera menjadi lancar.
C. Penyebab Cedera
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a.Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3.Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyebab bervariasinya tingkat cedera yang dialami mahasiswa PJKR D yang sering terjadi adalah cedera memar dan ligamentum.
2. Akibat yang ditimbulkan mahasiswa PJKR D karena terjadinya cedera adalah ketinggalan dalam mengikuti perkuliahan terutama pada saat kuliah praktek.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan bidang pencegahan dan perawatan cedera, utamanya para guru penjas dalam rangka penyusunan program peningkatan pencegahan dan perawatan cedera. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya cedera.
C. Keterbatasan
Kendatipun penelitian sudah berusaha keras memenuhi segala ketentuan yang dipersyaratkan, bukan berarti penelitian ini tanpa kelemahan dan kekurangan. Beberapa kelemahan dan kekurangan yang dapat dikemukakan disini antara lain :
1. Peneliti tidak menganalisis data cedera yang terjadi dan penyebab dari berbagai aspek cedera.
2. Peneliti tidak melakukan triangulasi mahasiswa.
D. Saran-Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini, antara lain :
1. Dosen harus lebih tegas terhadap mahasiswa agar mahasiswa lebih disiplin sehingga bisa meminimalisir terjadinya cedera.
2. Mahasiswa harus memiliki kesadaran pribadi untuk mengurangi terjadinya cedera.
DAFTAR PUSTAKA
Andun Sudijanoko. (1999). Pencegahan dan Perawatan Cedera. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
C.K.Giam dan K.C. Teh. (1993). Ilmu Kedokteran Olahraga(Hartanto Satmoko Terjemahan). Jakarta: Binarupa Aksara.
G.La.Cava. (1995). Pengobatan dan Olahraga Bunga Rumpai. Semarang:
Dahara Prize.
Hardianto Wibowo. (1995). Pencegahan dan Penatalasanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Kedokteran EGC.
Hatta, Roeslan. (2005). Kamus Pintar Futsal. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Lhaksana, Justin (2004). Futsal. Jakarta: Aksara Jasa.
Poerwadarminta. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: balai Pustaka.
Taylor, P.M dan Taylor, D.K. (1997). Mencegah dan Mengobati Cedera. (Jamal Khalib Terjemahan). Jakarta: P.T Rajagrafindo Persada.
0 comments:
Post a Comment